Nanga Bulik- Jembatan Ribau Dipotong OTK, Warga Jemuat Terisolasi dari Nanga Bulik, Akses utama menuju Nanga Bulik dari Desa Jemuat, Kabupaten Lamandau, lumpuh total pada Selasa pagi (1/7/2025). Warga dikejutkan dengan kondisi Jembatan Ribau yang ditemukan telah dipotong oleh orang tak dikenal (OTK) menggunakan mesin sinso. Tidak hanya itu, jalur alternatif melalui sungai juga ikut disabotase dengan ditumbuhkannya beberapa batang kayu besar, sepenuhnya memutus akses warga ke Nanga Bulik.
Peristiwa ini menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat setempat, terutama karena Jembatan Ribau merupakan satu-satunya penghubung vital bagi aktivitas ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Jembatan Vital Dirusak, Warga Terisolasi
Kepala Desa Jemuat, Kandar, mengungkapkan bahwa perusakan pertama kali diketahui sekitar pukul 08.00 WIB oleh seorang warga yang hendak menuju Nanga Bulik. Setelah mendapat laporan, ia bersama sejumlah warga langsung meninjau lokasi sekitar pukul 09.00 WIB.
“Kami kaget melihat kondisi jembatan yang sudah terpotong. Lebih parah lagi, jalur alternatif juga diblokir dengan kayu-kayu besar. Ini jelas perbuatan yang sangat merugikan masyarakat,” tegas Kandar.
Jembatan Ribau merupakan fasilitas umum milik pemerintah yang menjadi tulang punggung mobilitas warga Desa Jemuat dan desa-desa sekitarnya. Dengan terputusnya akses ini, aktivitas sehari-hari seperti pengiriman hasil pertanian, akses ke pasar, bahkan pelayanan kesehatan menjadi terhambat.
Laporan ke Polsek Kudangan, Masyarakat Menuntut Tindakan Cepat
Menyikapi kejadian ini, pihak Desa Jemuat segera melaporkan perusakan tersebut ke Polsek Kudangan. Kandar berharap aparat kepolisian dapat segera mengusut tuntas kasus ini dan menindak tegas pelakunya.
“Ini bukan hanya masalah perusakan fasilitas umum, tapi juga membahayakan nyawa warga. Jika ada keadaan darurat seperti sakit atau persalinan, bagaimana warga bisa melintasi? Kami mohon penegak hukum bergerak cepat,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Polsek Kudangan terkait perkembangan penyelidikan. Namun, warga mendesak agar proses hukum berjalan transparan dan pelaku segera terungkap.
Isolasi akibat perusakan Jembatan Ribau memberikan dampak langsung terhadap perekonomian warga. Sebagian besar masyarakat Desa Jemuat menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian dan perkebunan yang harus didistribusikan ke Nanga Bulik.
“Kami tidak bisa menyampaikan hasil kebun ke pasar. Jika dibiarkan berhari-hari, sayur dan buah-buahan bisa busuk. Kerugiannya sangat besar,” keluh Sardi, salah satu petani setempat.
Selain itu, anak-anak yang bersekolah di Nanga Bulik terpaksa tidak bisa berangkat karena tidak ada akses yang aman ke persimpangan. Begitu pula dengan pasien yang membutuhkan layanan kesehatan di Puskesmas terdekat.
Spekulasi Motif Perusakan: Konflik Lahan atau Aksi Balas Dendam
Belum diketahui secara pasti motif di balik perusakan Jembatan Ribau. Namun, sejumlah warga menduga aksi ini terkait dengan konflik lahan yang sudah lama terjadi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Raker dengan Komisi X DPR Digelar Tertutup, Abdul Mu’ti
“Beberapa waktu terakhir ada ketegangan antara warga dengan pihak tertentu soal klaim tanah. Bisa jadi ini upaya untuk memblokade akses sebagai bentuk tekanan,” ujar seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Spekulasi lain menyebutkan bahwa aksi sabotase ini mungkin dilakukan oleh kelompok yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah setempat. Namun, semua masih sebatas dugaan sementara menunggu hasil penyelidikan polisi.
Sambil menunggu perbaikan jembatan, warga Desa Jemuat berinisiatif mencari solusi darurat. Beberapa orang mencoba merakit kayu untuk membuat jembatan seadanya, meski berisiko tinggi.
“Kami tidak punya pilihan. Jika pemerintah lamban bertindak, kami harus berusaha sendiri,” kata Marno, salah satu pemuda desa yang turut membantu perbaikan darurat.
Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan untuk memulihkan akses transportasi ini. Jika dibiarkan, kekhawatiran akan muncul masalah yang lebih besar, mulai dari krisis logistik hingga kesulitan darurat darurat.